Kembali ke Atas

Kabar

APEC 2025: Kolaborasi Pendidikan dan Industri untuk Mendukung Talenta Digital Masa Depan

PSKP, Taipei – Bagaimana dunia pendidikan bisa menjawab kebutuhan industri di tengah derasnya arus digitalisasi? Pertanyaan besar ini menjadi fokus utama dalam Lokakarya Kolaborasi Industri–Akademia APEC 2025 yang digelar di Taipei, Taiwan pada 27–28 Agustus 2025.

Forum internasional ini mempertemukan pakar, pendidik, dan pelaku industri dari berbagai negara untuk berbagi pengalaman dan merumuskan strategi bersama dalam menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan global. 

Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP), Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendasmen, berpartisipasi aktif dalam Lokakarya Kolaborasi Industri–Akademia APEC 2025. Kegiatan ini berlangsung di GIS Taipei Tech Convention Center dan Universitas Sains & Teknologi Lunghwa, Chinese Taipei.

Sejak diluncurkan pada 2014, lokakarya APEC ini telah berkembang dari semula sebagai forum berbagi praktik baik menjadi platform strategis yang membahas isu-isu kunci masa depan. Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Berkolaborasi untuk Inovasi – Mempromosikan Inovasi Digital di Kawasan Asia-Pasifik”, dengan penekanan pada pemanfaatan digitalisasi untuk inklusi dan pemberdayaan talenta.

Berbagi Gagasan dan Praktik Nyata
Hari pertama merupakan sesi berbagi yang dibuka dengan pidato utama (keynote speech) dari berbagai pakar internasional yang menyoroti kebijakan dan strategi transformasi pendidikan tinggi, inovasi digital, serta pengembangan talenta masa depan.

Pidato pertama disampaikan oleh Dr. Heon Young Kim (Yonsei University, Korea Selatan) memperkenalkan Regional Innovation System and Education (RISE) Initiative dan Glocal College 30 Project. Kedua program ini bertujuan memperkuat universitas regional sebagai motor inovasi melalui desentralisasi kebijakan dan investasi besar dalam pengembangan kampus yang berdaya saing global.

Selanjutnya, Dr. Jenn-Hwan Tarng (National Yang Ming Chiao Tung University, Taiwan) membahas tantangan transformasi digital yang tidak hanya terkait teknologi, tetapi juga budaya organisasi dan pola pikir. Dia menekankan bahwa talenta manusia menjadi faktor kunci keberhasilan. Melalui model kemitraan Government–Academia–Industry Partnership (GAIP), Taiwan berhasil mengembangkan ekosistem inovasi lintas sektor, termasuk melalui National Telecommunication Program (NTP) dan National Industry–Academia Cooperation Program.

Dr. Srichattra Chaivongvilan dari Thailand) memaparkan Future Skills for Innovation in APEC, dengan menekankan urgensi keterampilan adaptif, lintas disiplin, dan kredensial digital. Dalam penyampaiannya, ia mencontohkan bagaimana Thailand mengintegrasikan foresight policy untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi “Skills Velocity Crisis”, yakni situasi di mana kompetensi digital cepat menjadi usang.

Selain pidato utama, sesi berbagi ini juga menghadirkan praktik kolaborasi akademisi–industri dari berbagai negara. Misalnya, Lambton College, Kanada melakukan riset terapan melalui Digital Transformation Lab dalam mendukung UKM dengan AI, cloud, dan manufaktur canggih yang sekaligus menjadi wadah pelatihan mahasiswa memperdalam STEM.



Dari Indonesia, Universitas Negeri Jakarta memaparkan kolaborasi industri dalam memperkuat Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk mewujudkan pembelajaran yang relevan, penelitian yang aplikatif, dan solusi sosial yang berkelanjutan.

Narasumber lain dari Taiwan memaparkan perihal kolaborasi inovasi di bidang perkeretaapian dengan memanfaatkan big data. Sementara, Malaysia menekankan kolaborasi di bidang TVET, dan Thailand menyoroti pengembangan model sertifikasi keterampilan MICE yang melibatkan hampir 1 juta siswa.

Berbagai praktik kolaborasi tersebut menunjukkan bagaimana sinergi nyata mampu menghasilkan inovasi, memperkuat keterampilan siswa dan mahasiswa, sekaligus menjawab kebutuhan industri global.

Dari Laboratorium ke Ruang Budaya
Pada hari kedua, peserta mengunjungi Universitas Sains & Teknologi Lunghwa. Delegasi meninjau laboratorium dan pusat riset mutakhir, seperti Pusat Proses Manufaktur Semikonduktor, Pusat Pengujian Modul 5G, serta Pusat Desain Papan Sirkuit Digital 3D. Melalui kunjungan ini, peserta diperlihatkan bagaimana perguruan tinggi dapat menjadi katalis inovasi dengan menghubungkan riset, pengembangan teknologi, dan pelatihan talenta. 

Rangkaian kegiatan ditutup dengan tur budaya di Museum Istana Nasional Taipei sebagai simbol pertukaran pengetahuan dan penguatan jejaring antarbangsa.



Keikutsertaan dalam Lokakarya APEC 2025 diharapkan dapat meningkatkan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Upaya bersama ini juga diharapkan dapat melahirkan talenta muda yang adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan era digital, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia-Pasifik. [Relisa]